Ada
seorang anak perempuan yang sangat suka memainkan alat musik. Alat musik
tersebut gitar dan drum. Anak itu sangat pintar memainkannya. Tapi tuhan
memang adil, dalam kelebihannya bermain alat musik ia juga mempunyai
kekurangan. Terkadang kekurangan yang ia miliki membuatnya down. Tapi ia tetap
sabar dengan caci maki teman-temannya yang sering mengatakan dia buta. Nama
anak perempuan tersebut Nabilah Ratna Ayu, biasa dipanggil Nabilah (sikelinci yg Apa Adanya). Adalah
seorang perempuan remaja yang berumur 14 tahun. Dia hidup bercukupan dengan
sang Kakak yang bernama kak Duvid, sedangkan ayah dan ibunya tak tau merantau kemana, Nabilah bersekolah di sekolah biasa dan setiap pagi Nabilah diantar kakaknya ke
sekolah dan sore hari di jemput oleh kakaknya juga.
Suatu
hari Nabilah seperti biasa mendapat caci maki dari teman-temannya di sekolah.
Sebenarnya Nabilah tidak ikhlas dengan perbuatan teman-temannya tersebut. Tapi
apa jadinya jika Nabilah marah kepada teman-temannya. Toh.. teman-teman Nabilah tidak akan berhenti menghinanya. kakaknya selalu berkata “sabar… teman yang baik
itu teman yang menerima apa adanya keadaan teman sendiri”. Setelah teman-teman Nabilah menghinanya, lantas mereka pergi dengan riang sambil berkata “buta”. Hati Nabilah sangat hancur dan dia pun mulai menitikan air mata.
Satu
demi satu pelajaran pun di hadapinya meskipun dalam keadaan kekurangan. Dengan
tidak bisa melihat materi yang ditulis di papan tulis tapi Nabilah masih bisa
mendengarkan. Para guru pun sedikit khawatir dengan keadaannya. Lalu wali kelas Nabilah memanggil kakaknya untuk membicarakan hal tersebut.
Keesokan
harinya, kak Duvid datang ke sekolah sembari mengantar Nabilah ke kelasnya. Lalu
kakaknya bertemu dengan wali kelas. Wali kelas Nabilah membawa kakak Nabilah ke dalam
ruangannya. kakak Nabilah sangatlah khawatir dengan dipanggilnya beliau ke sekolah.
Karena ini sudah ke tiga kalinya beliau dipanggil karena hal yang sepele. “ada
apa ya bu? Kok saya dipanggil kemari lagi?” kak Duvid heran. “begini mas,
sepertinya mas harus memasukan Nabilah ke Sekolah Luar Biasa karena saya takut
mengganggu kegiatan mengajar di kelas mas” wali kelas Nabilah langsung to the
point membicarakannya. kak Duvid sangatlah sedih mendengar penolakan adiknya untuk
belajar di sekolah ini. “tapi bu, adik saya ingin belajar seperti anak-anak
normal meskipun dia cacat. Bu saya mohon….” pinta kak Duvid sambil memohon
kepada bu guru. “tidak bisa mas, saya takut mengganggu saat UN nanti. Saya lebih
kehilangan satu murid daripada seluruhnya mas. Tolong mas mengerti” kata-kata bu
guru sangatlah tidak pantas untuk kak Duvid yang mempunyai adik yang memiliki
kekurangan. kak Duvid pun sedih dan memutuskan memindahkan Nabilah dari sekolah
ini.
Setelah Nabilah pulang sekolah dan duduk di ruang tamu.kak Duvid langsung pergi ke
kamarnya. Beliau menangis karena takut untuk mengatakannya kepada Nabilah. “kak…
kakak kemana? Aku mau tanya tentang kakak ketemu sama ibu guru” terdengar suara Nabilah oleh kakanya. kak Duvid pun langsung menghampiri Nabilah “ada pa dek?” kak Duvid menghapus air matanya. “kak tadi bu guru bilang apa sama kakak?” tanya Nabilah kepada kakaknya. kak Duvid pun terkejut dengan pertanyaannya. “kak kok
diam aja sih, jawab dong” “kamu yang sabar ya sayang…” kak Duvid tak kuasa
menahan air matanya tapi mulutnya ia tutup supaya tidak menimbulkan suara
tangis. “kak, aku siap dengerin apapun yang bu guru katakan” Nabilah pun mencari
tangan kakaknya. kak Duvid menggapai tangan Nabilah “kamu pindah sekolah sayang”
“pindah sekolah…!!! kan bentar lagi UN kak. Aku ga mau pindah” “tapi wali kelas
kamu yang nyuruh sayang” “ya kakak pikirin dong caranya biar aku ga pindah sekolah”. kak Duvid pun stress dengan penyataan adiknya yang tak setuju. Dan beliau
menyendiri di kamar untuk menenangkan fikirannya.
Keesokan
harinya, weekend. “tok… tok…tok…” suara pintu depan di ketuk. “iya siapa?” kak Duvid membuka pintu. Beliau tersenyum melihat tamu yang datang hari ini. Dia
adalah nenekku . “siapa kak…” mencoba pergi ke arah pintu depan. “nenek Bill..” jawab kakaknya Nabilah. “nenek… nek.. giman kabarnya?” “nanti saja
ngobrolnya kasihan nenek baru sampai”. Nabilah seperti biasa tanya-tanya tentang
keadaan kampung. Nenek pun sangat senang melihat cucunya yang gembira melihat
kedatangannya. kak Duvid pun sedikit terobati atas kesedihannya kemarin.
“sepertinya nenek harus tahu tentang ini” gumam hati kak Duvid.
Saat
malam hari, kak Duvid dan nenek masih menonton televisi. Sedangkan Nabilah sudah
tertidur pulas di kamarnya. “nek… aku mau ngomong sama nenek” wajah beliau
tertunduk. “ada apa? Kamu sepertinya menyembunyikan sesuatu”. “Nabilah tidak mau
pindah sekolah ke SLB nek…” “loh kok dipindahin, kan adikmu seneng sekolah
disitu” “ini permintaan sekolahnya nek. Wali kelasnya bilang takut mengganggu UN
nanti”. “terus kamu mau lakuin apa buat Nabilah Sedangkan dia saja tidak mau
pindah sekolah”. “aku mau operasi matanya saja. Bulan kemarin aku daftarin dia
ke rumah sakit. Dan besok jadwal terakhir dia. Jadi dokter ngasih satu bulan
buat nyari pendonornya.” “kalau tidak dapat gimana?” tanya nenek yang membuatku
berfikir kembali. “tapi aku sudah fikirkan betul-betul nek, pasti nenek tahu apa
maksudku”. nenek mengerti apa maksud cucunya tersebut.
Keesokan
harinya, Nabilah seperti biasa berangkat ke sekolah diantar kakaknya. Beberapa
menit kemudian mereka sampai. Tapi itu bukan sekolahnya melainkan rumah sakit.
“kak kok bau alkohol ya..? ini dimana?” “mm… kamu mau operasi mata sayang, ada
orang yang mau donor matanya buat kamu”. “oh yah kak.. sekarang di operasinya?”
“iya… kamu senang kan?” “senang banget kak, di saat aku lagi ada masalah
ternyata tuhan ngasih harapan buat aku lihat dunia ini. dan pastinya bisa lihat kakak”. Nabilah dan kakaknya pun memasuki rumah sakit dan bertemu dengan dokter yang
akan mengoperasi Nabilah. Nabilah pun bersiap untuk dioperasi. “sayang maafin
kakak… udah bohongin kamu”.
Setelah Nabilah operasi, dia mencari kakaknya dengan mata yang masih ditutup perban. “kak…
kakak ada dimana?” “Nabilah.. kakak lagi keluar sebentar sayang” jawab nenek yang
berada di dekatanya. “kok kakak ninggalin Nabilah ya..?” tanya gadis tersebut
dengan wajah ditekuk.
Setelah
beberapa hari, kakaknya pun datang ke ruangan Nabilah “Billll ini kakak… maaf kakak ninggalin kamu” sambil meraba tangan adiknya. “kak… aku kangen, kemana aja sih
kakak?” “kakak ada kerjaan khusus. Hari ini kamu mau dibuka perbannya, jadi
kakak datang”. “aku tak sabar untuk melihat semuanya”. Kemudian pak dokter dan
suster datang ke ruangan Nabilah dan membuka pelan-pelan perbannya. “coba kamu
buka perlahan mata kamu” dokter menyarankan. Mata Nabilah mulai perlahan membuka
dan melihat samar-samar di sekelilingnya. “bagaimana Bill?” tanya dokter.
Penglihatannya mulai jelas. “yeh.. aku bisa lihat..” “wah operasi ini
berhasil…” “ini nenek ya? Sambil menunjuk dan menoleh ke arah nenek” “iya.. ini
nenek”. Nabilah melihat ke sekeliling ruangan dan tidak melihat kakaknya, hanya
seorang remaja laki-laki dengan keadaan buta. “nek… itu yang donor matanya ya?” sambil
menunjuk ke arah remaja laki itu. “iya…” Nabilah pun menghampiri remaja laki itu. “kak…
terimaksih ya atas donor matanya. Saya sangat senang bisa melihat dunia baru
ini” “iya… sayang” lelaki itu menitikan air mata. “nek… kakak mana sih. Aku
pengen lihat wajahnya” gerutu Nabilah “kamu udah lihat sayang…”. lelaki itu
menangis hingga cecegukan. “mana nek?” “ini kakak kamu..” nenek pun menangis.
“kakak aku gak buta, dia bisa lihat nek”. Nabilah melihat lelaki itu menangis dan
cara menangisnya seperti kakaknya. “kak… anda kakak saya?” wajah Nabilah diselimuti
kesedihan. Lelaki itu mengangguk. “kak… apa yang kakak lakukan?. Aku ga mau
kakak buta, biarin aku aja yang buta…” Nabilah memeluk kakaknya (kesempatan mumpung lagi jadi kakaknya). “kakak ikhlas…
kamu harus ikhlas juga menerimanya” “tapi ga gini caranya…” “perjalananmu masih
panjang” Nabilah pun semakin memeluk erat kakaknya (tidak terhalang golden rules) . “aku sayang kakak…” Mereka pun
menangis.
kak Duvid tak kuasa menahan malu adiknya yang setiap hari adiknya selalu di caci
maki oleh teman-temanya. Sampai ke tiga kalinya beliau dipanggil ke sekolah
untuk hal yang sepele. kakaknya pun merasa kasihan karena sudah sebulan ia belum
mendapat donor mata untuk anaknya. Tak ada pilihan lain selain mengorbankan
matanya untuk Nabilah sang adik tersayang. Mata kak Duvid pun di pakai oleh Nabilah selamanya. Dan Nabilah sangat berterimakasih kepada kakaknya meskipun sedih melihat
keadaan kakaknya. Aku Sayang Kamu Kak :)
THE END
seperti biasa
kritik dan saran tulis aja
di coment :) thanksss
@Duvid_IC48
THE END
seperti biasa
kritik dan saran tulis aja
di coment :) thanksss
@Duvid_IC48
Tidak ada komentar:
Posting Komentar